KESEPAKATAN AKSI ALPHA

Ayo Ikut Berpartisipasi Dalam ALPHA!

SOSIALISASI HERO

HIV AIDS, End Right Now!

TEMU RIANG ANGGOTA FAD BULELENG

Temu Riang Anggota FAD Buleleng Kedua yang dihadiri oleh badan pengawas, anggota aktif FAD Buleleng, dan anak-anak kurang mampu di wilayah Panji.

PEMILIHAN DUTA ANAK DAN SIDANG ANAK KAB. BULELENG 2018

Lima Duta Anak Kab. Buleleng 2018.

LITERASI ALPHA

Awareness Let People Help Autism

Senin, 12 Mei 2025

Persetubuhan Anak, Luka Bangsa yang Harus Dihentikan.


Persetubuhan anak adalah kejahatan serius yang merampas masa depan generasi muda. Tindakan ini tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga meningkatkan luka psikologis mendalam yang sulit disembuhkan. Sayangnya, kasus ini terus terjadi dan bahkan banyak yang tak terungkap. Persetubuhan anak terjadi ketika orang dewasa bahkan terkadang remaja yang lebih tua melakukan hubungan seksual dengan anak di bawah umur, baik secara paksa maupun melalui bujuk rayu. Dalam hukum Indonesia, hal ini dikategorikan sebagai kekerasan seksual, meskipun tanpa kekerasan fisik, karena anak belum dianggap mampu memberikan persetujuan secara sadar. Korban kerap mengalami trauma mendalam, mereka bisa kehilangan rasa aman, merasa kotor atau bahkan menyalahkan diri sendiri. Dalam jangka panjang, ini berdampak pada kesehatan mental, pendidikan dan kehidupan sosial mereka.

Faktor Penyebab:

Minimnya pendidikan seks sejak dini. Anak tidak dibekali pemahaman tentang batasan tubuh                  dan perlindungan diri.

- Lingkungan keluarga yang tidak harmonis. Anak kurang mendapat pengawasan dan kasih                       sayang dari orang tua dan keluarga mereka.

Penyalahgunaan kekuasaan atau kepercayaan, pelaku sering kali berasal dari orang terdekat.

- Pengaruh media sosial dan konten pornografi. Akses bebas tanpa kontrol dapat memicu                             perilaku menyimpang.

- Kemiskinan dan eksploitasi anak. Anak-anak rentan dimanfaatkan demi uang atau tekanan                       ekonomi. 

Pencegahan terjadinya persetubuhan anak:

- Berikan pendidikan seks sesuai usia, agar anak mengenal batas aman tubuhnya.

- Ciptakan komunikasi terbuka dalam keluarga, agar anak berani bicara jika merasa tidak aman.

- Awasi penggunaan gadget dan internet, serta beri edukasi tentang bahaya media digital.

- Bangun lingkungan sosial yang peduli dan responsive terhadap tanda-tanda kekerasan.

Upaya penanggulangan:

- Penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku, tanpa pandang bulu.

- Pemulihan psikologi korban melalui layanan konseling, agar mereka bisa pulih dan bangkit.

- Pelibatan lembaga pendidikan dan keagamaan untuk memberikan edukasi dan penguatan nilai moral.

- Pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam melindungi serta mengawasi anak secara aktif.

Persetubuhan anak bukan hanya masalah individu, tapi alarm bagi seluruh bangsa. Mari bersatu, bukan hanya untuk menghukum pelaku, tapi juga menyembuhkan korban dan mencegah tragedi serupa terjadi lagi.

 

Jangan diam saat melihat ketidakadilan, Laporkan, Tindak, Selamatkan.

Rumah Sakit Jiwa Aceh | Berita Pencegahan Pelecehan Seksual Pada Anak

Minggu, 22 September 2024

Remaja di Persimpangan Jalan: Antara Harapan, Tekanan, dan Kesehatan Mental



    Masa remaja adalah fase krusial dalam kehidupan, di mana seseorang berdiri di persimpangan jalan, menghadapi berbagai pilihan yang akan membentuk masa depan. Pada era ini, para remaja sering kali dihadapkan pada harapan besar, baik dari diri sendiri maupun lingkungan, sementara di sisi lain, tekanan yang datang dari keluarga, teman sebaya, media sosial, hingga akademik, membuat beban mereka semakin berat. Oleh karena itu, tak heran banyak remaja merasa kebingungan mencari arah yang benar sambil berusaha menemukan jati diri.  Namun, apa yang sering diabaikan dalam perjalanan ini adalah dampaknya terhadap kesehatan mental mereka.


Harapan adalah sesuatu yang indah dan penting sebagai model yang mendasari pengalaman remaja dalam mengatasi bahkan berkembang di tengah kesulitan. Banyak remaja memiliki mimpi besar, seperti ingin sukses dalam karier, mencapai prestasi akademik, atau memiliki kehidupan sosial yang ideal. Harapan-harapan ini menjadi sumber motivasi yang mendorong remaja untuk terus berjuang dan berkembang. Namun, di balik harapan ini, tersembunyi tekanan yang tidak sedikit. Tekanan dari keluarga agar selalu berprestasi, tekanan dari teman sebaya untuk "menyesuaikan diri", serta tekanan dari media sosial yang sering kali memunculkan standar kehidupan yang terlihat sempurna dan tak realistis. Akibatnya, remaja merasa terjepit antara keinginan untuk memenuhi harapan dan ketakutan gagal di bawah tekanan tersebut.

 Ketika tekanan ini terus bertambah tanpa ada jeda, dampaknya terhadap  kesehatan mental bisa sangat serius. Banyak remaja yang akhirnya mengalami stres, pesimis, bahkan depresi. Stres yang tidak ditangani dengan baik bisa berubah menjadi kelelahan emosional, atau yang sering disebut burnout. Kondisi ini membuat remaja kehilangan semangat dan motivasi, bahkan untuk hal-hal yang dulu mereka nikmati. Tekanan akademik yang datang tanpa henti juga menjadi salah satu pemicu utama burnout, terutama ketika ekspektasi untuk selalu sempurna terus menghantui mereka. 

Lalu, bagaimana agar remaja bisa menemukan keseimbangan di tengah badai harapan dan tekanan ini? Kuncinya adalah menciptakan lingkungan yang mendukung, di mana mereka merasa aman serta nyaman untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan tanpa takut dihakimi. Komunikasi yang terbuka dengan keluarga dan teman, serta belajar mengelola stres dengan baik melalui aktivitas seperti olahraga, meditasi, atau menjalankan hobi, bisa menjadi langkah awal yang efektif. Remaja juga harus diajarkan untuk mengatur prioritas, belajar mengatakan "tidak" pada ekspektasi yang tidak realistis, dan memahami bahwa kegagalan adalah bagian dari proses tumbuh.

Selain itu, peran media sosial dalam membentuk persepsi remaja tentang kesempurnaan perlu diperhatikan. Mengurangi paparan terhadap standar-standar yang tidak realistis di dunia maya bisa membantu meringankan tekanan yang mereka rasakan. Jika tekanan sudah sangat berat dan kesehatan mental mulai terganggu, tidak ada salahnya untuk mencari dukungan profesional dari psikolog atau konselor. Bantuan ini bisa menjadi panduan penting bagi remaja untuk kembali menemukan keseimbangan dalam hidup mereka. 

Pada akhirnya, remaja berada di persimpangan jalan antara harapan dan tekanan. Dengan dukungan yang tepat, mereka bisa menemukan jalan terbaik untuk berkembang, tanpa harus mengorbankan kesehatan mental mereka. Remaja tidak harus berjalan sendiri di tengah tantangan ini, karena dengan dukungan dan pemahaman yang tepat, mereka bisa melewati masa ini dengan lebih kuat, berani dan tangguh.

 

Menunjukkan kasih sayang dan kepedulian kepada remaja tanpa melupakan diri sendiri.

~UNICEF Indonesia~

 

Sabtu, 17 Agustus 2024

Bunuh Diri Bukan Solusi!

 

Bunuh Diri Bukan Solusi!


Nah temen-temen, tau ngga sih kalau tahun ini Buleleng sedang marak kasus-kasus terkait bunuh diri??. Kasus ini tak jarang terjadi pada kalangan anak-anak. Setiap orang yang berkeinginan untuk bunuh diri seringkali disebabkan oleh kondisi psikologi yang buruk seperti sedang mengalami depresi atau overthinking. Mereka pada umumnya tidak benar-benar ingin mati, tetapi mereka hanya tidak ingin hidup dengan luka dan merasakan rasa sakit. Oleh karena itu, banyak sekali kasus kasus Bunuh Diri yang ada di Buleleng, diantaranya yaitu pada bulan Mei 2024 kakak beradik yatim piatu di Kabupaten Kubutambahan ditemukan tewas bunuh diri di Jembatan Tukad Bangkung, Badung  akibat hidup miskin.

 

Sebelum kita dapat mencegah seseorang melalukan bunuh diri, kita harus tau tanda-tanda orang yang cenderung ingin bunuh diri, berikut adalah tanda-tanda yang patut diwaspadai dan dicurigai:

  1.  Menyalahkan diri sendiri atas suatu peristiwa yang telah terjadi, atau percaya bahwa dirinya menjadi beban untuk orang lain 
  2. Perasaan benci, kesal, dongkol atau muak yang amat sangat terhadap diri sendiri 
  3. Menarik diri dari teman-teman, keluarga, atau lingkungan sekitar, termasuk mengurung diri di dalam rumah atau di dalam kamar 
  4. Berkurangnya nafsu makan secara drastis dan berkurangnya berat badan tanpa disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti diet atau sakit 
  5. Kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya disenangi

Jadi, kalau kerabat dekat kalian mengalami perubahan prilaku secara drastis, suasana hati, dan penampilan, maka kalian harus curiga yaa, jangan sampai kerabat kalian malah mencari solusi 

Oh iya, ketika kalian merasa ada kerabat yang menunjukkan tanda-tanda ingin bunuh diri. Kita harus mengetahui langkah yang bisa dilakukan sebagai upaya pencegahan bunuh diri. Adapun langkah-langkahnya yaitu:

  1. Mengajak diskusi dan menjadi pendengar yang baik 
  2. Ajak untuk menemui psikolog atau psikiater 
  3. Mengidentifikasi Akar Masalah dan mencari solusi yang lebih baik 
  4. Ajak untuk menerapkan Self-Reflection dan Introspeksi 
  5. Hindari ikut campur terhadap masalah, alias tidak menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi.

2.    


Ingat ya teman-teman, Bunuh Diri Bukanlah Solusi untuk menghilangkan luka di hati, masih banyak upaya positif yang bisa diterapkan untuk memperbaiki. Jangan sampai dan jangan pernah teman-teman memilih bahkan berfikir ingin bunuh diri, karena hal ini akan mempengaruhi sosial dan emosional pada keluarga juga masyarakat, contohnya perilaku bunuh diri memberikan trauma pada orang terdekat atau sekitarnya. Orang yang ditinggalkan akan cenderung terganggu psikisnya, sehingga mencari sebuah pembenaran atas bunuh diri tersebut dan memicu untuk melakukan hal yang serupa, selain itu Keluarga dan teman-teman yang ditinggalkan oleh korban bunuh diri seringkali mengalami perasaan kehilangan, kesedihan, dan trauma.

Sekali lagi, ingat! Bunuh Diri Bukanlah Solusi!

~Kamu Selalu punya kuasa untuk mengatakan: Ini bukanlah akhir ceritaku~

 

 

Referensi:

Klikdokter. (n.d.). Cara Tepat Menghadapi Orang yang Mencoba Bunuh Diri. Diakses pada 14 Agustus 2024, dari https://www.klikdokter.com/psikologi/kesehatan-mental/cara-tepat-menghadapi-orang-yang-mencoba-bunuh-diri?srsltid=AfmBOorjopVN4nCc5AyCkQn7ZOjWYjBpxdfoaME-RjOafeG5GbvIHpvf

Alodokter. (n.d.). Pertolongan Pertama Mencegah Bunuh Diri. Diakses pada 15 Agustus 2024, dari https://www.alodokter.com/pertolongan-pertama-mencegah-bunuh-diri

CPMH Psikologi UGM. (2021). Panduan Pertolongan Pertama Pencegahan Bunuh Diri (Versi 1). Diakses pada 15 Agustus 2024, dari https://cpmh.psikologi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/638/2021/11/Panduan-Pertolongan-Pertama-Pencegahan-Bunuh-Diri_v1.pdf

Kementerian Agama Kabupaten Boalemo. (2023). Bunuh Diri Bukan Solusi: Mengatasi Masalah dengan Cara yang Sehat dan Konstruktif. Diakses pada 15 Agustus 2024, dari https://boalemo.kemenag.go.id/post/bunuh-diri-bukan-solusi-mengatasi-masalah-dengan-cara-yang-sehat-dan-konstruktif